Friday, June 18, 2010

Kopi Luwak, hasil alam dengan proses alami

Gambar dari akhir cerita di film “The Bucket List” menunjukkan 2 buah kaleng kopi Luwak berisi sebagian abu dari 2 tokoh yang meninggal diperankan oleh Jack Nicholson dan Morgan Freeman. Sepanjang film, kopi Luwak beberapa kali diucapkan oleh Jack Nicholson yang berperan sebagai pemilik rumah sakit yang sekarat namun tak lepas dari kopi Luwak meskipun dia tidak tahu proses pengolahan kopi Luwak. Dalam film-film asing, Balilah yang kerap membumbui naskah cerita namun tidak di dalam film yang bergenre drama komedi ini.

Luwak. Ya, luwak adalah sejenis musang yang disebut juga musang kelam. Kopi yang disebut kopi Luwak sebenarnya berasal dari kopi biasa namun uniknya kopi Luwak memiliki tambahan pengolahan yang membuat harganya sangat mahal dan menjadi kopi termahal di dunia. Bayangkan saja, untuk menyeruput secangkir kopi ini Anda harus merogoh kocek antara 100 – 200 ribu rupiah. Sekilonya diharga jutaan.

Apa sebenarnya yang dibayar untuk sebuah kenikmatan dari kopi Luwak? Tentu cita rasa khas yang tidak tertandingi. Cita rasa inilah yang berasal dari kontribusi luwak atau musang kelam itu. Luwak akan memakan biji-biji kopi yang matang kemudian melalui pencernaan alaminya, biji-biji kopi ini akan keluar lagi melalui pembuangan kotoran. Biji kopi dari kotoran luwaklah yang memiliki rasa nikmat dan mendongkrak harganya bahkan di dunia.

Jika kita membayangkan prosesnya mungkin ada perasaan geli bercampur jijik tapi kenikmatan yang sudah menanti kita sangat layak dicoba. Proses pencernaan di dalam kopi luwak ternyata merubah rasa yang biasa saja menjadi luar biasa. Susah menggambarkannya jika Anda tidak mencoba langsung.

Saat ini sedang dikembangkan penangkaran musang kelam untuk usaha kopi luwak. Biji kopi robustalah yang dipakai karena dianggap paling nikmat dengan olahan pencernaan sang luwak. Musang kelam sendiri selektif dalam memilih biji kopi yang akan dikonsumsinya. Musang kelam tidak akan mengambil biji yang mentah, mengkal ataupun yang terlalu matang. Inilah yang membuat aroma dan rasa kopi luwak akan menjadi sangat unik. Selebihnya, para penangkar akan memunguti kotoran musang kelam kemudian memisahkan biji-bijinya untuk diolah lagi menjadi bubuk kopi.
Adegan 2 buah kaleng bekas kopi luwak diletakkan di atas pegunungan mirip Himalaya itu seakan menggambarkan betapa tingginya nilai kopi yang berasal dari Sumatera ini.

Kopi luwak sudah menjadi komoditi internasional. Sungguh ironis, musang saja bisa membawa nama Indonesia mendunia. Kita bisanya kapan?

1 comment:

  1. amiiinnn...semoga secepatnya nama Indonesia teranghat, gak cuma Bali sama kopi luwak doang...
    belum pernah nyoba niy... ada yang mau ngajak? hehehehe

    ReplyDelete