Monday, June 14, 2010

Kebun Ngaret


Jika Anda mengira saya salah tulis, Anda salah. Kebun adalah kata yang mengartikan sekelompok tanaman produktif, hasilnya untuk dipanen. Ngaret berkata dasar ‘karet’ diambil dari salah satu jenis tanaman yang menghasilkan getah yang diolah menjadi material lentur lalu dalam istilah sosial menjadi suatu kegiatan yang disebut ‘ngaret’ yang berarti tidak tepat waktu.

Ah elo dasar dodol, dari 3 jam lalu kita nungguin lo nih. Jangan2 hobi NGARET si Anu dah nular nih…”

Demikian kalimat fiksi yang pernah kita dengar, ucapkan atau mungkin ditujukan pada kita. Ngaret sudah menjadi budaya tak resmi pada banyak orang, entah di seluruh dunia ataupun di negeri ini. Jangan salah, budaya ini memiliki waktunya sendiri yakni Jam Karet. Hehehehehe…

Ngaret tentunya tidak diinginkan menjadi kebiasaan pribadi oleh siapapun tetapi bagi sebagian orang ngaret ini harus mendapat pemakluman. Banyak alasan yang menciptakan orang menjadi tidak tepat waktu. Waktu seakan menjadi sesuatu yang murah karena tak jarang kita membatin pada diri sendiri,”ah..paling mereka lagi di jalan juga, 5 menit mah ga bakal ngaruhlah kalau telat..”. Ya, berbagai faktor dapat membuat kita ngaret. Tidak ada tekanan, tidak ada kerjaan, tidak punya janji, macet, belum setrika baju, malas, dandan dulu, demonstrasi, jadwal bentrok dan macem-macemlah. Nah, dari berbagai faktor tadi tentu kita dapat memisahkan yang mana alasan situasional dan yang mana menjadikan faktor tsb menjadi bagian dari karakter kita.

Waktu yang terbuang akibat kita ngaret bisa menjadi pengaruh buruk bagi orang lain dan jatuhnya jadi merugikan. Bagian inilah yang seringkali menjadi sumber kekesalan dan konflik. Ya kan? Hayo, coba diingat-ingat lagi. Hehehe.. Saya dulu sekelas dengan seorang seleb papan atas negeri ini. Kita bareng di beberapa kelas mengulang jadi sering bikin janji berdua terutama jika ada tugas. Dia ini sudah sangat terkenal dengan PUNCTUALITY-nya alias ON TIME BANGEDDSSS. Suatu saat kami janjian di kampus dan karena satu hal saya telat 3 menit dan telat ini tidak saya sebabkan juga. Buat saya yang bukan seleb tentu 3 menit bukanlah waktu yang lama dan akibat ketelatan super singkat ini dia langsung pergi meninggalkan saya karena ada jadwal lain. Kalau saja saya tidak mengerti dengan kesibukannya, sebagai teman pastinya gondok banget namun itu adalah konsekuensi dari sesuatu yang saya sudah tahu resikonya. Alhasil, kita janjian 2 hari kemudian dan jelas lebih banyak waktu terbuang, tenaga dan pastinya biaya.

Masalah ngaret menjadi sesuatu yang baik atau buruk kembali kepada pemakluman dan pengertian komunitas kita. Kalau dengan teman-teman umumnya maklum-maklum saja tetapi kita kan bersosialisasi tidak hanya dengan teman saja, bukan tetapi masih ada guru, pimpinan, rekan bisnis, klien, pejabat atau siapa sajalah. Baiknya kita mulai bisa memperlakukan siapapun dengan sikap kita yang selalu tepat waktu. Selain bisa menjadi contoh dapat pula menjadi posisi tawar kita agar orang lain tidak seenaknya mempermainkan waktu dengan kita.

‘Time is money’ alias ‘waktu adalah uang’ merupakan musuh utama ngaret. Seringkali kita tidak menyadari bahwa waktu sangat berharga. Berikut ada saya menemukan petikan kata-kata bagus dalam menghargai waktu.

To realize the value of ONE YEAR… ask a student who failed a grade

To realize the value of ONE MONTH… ask a mother who gave birth to a premature baby

To realize the value of ONE WEEK… ask the editor of a weekly newspaper

To realize the value of ONE HOUR… ask the lovers who are waiting to meet

To realize the value of ONE MINUTE… ask a person who missed the train

To realize the value of ONE SECOND… ask a person who just avoided an accident

To realize the value of ONE MILLIONSECOND… ask a person who won silver medal in Olympic

Yesterday is history

Tomorrow is mystery

Today is a gift that is why it’s called THE PRESENT

Dari sekarang kita usaha bersama agar ungkapan “namanya juga Indonesia, kalo ga ngaret mah bukan Indonesia namanya..” tidak lagi dipakai untuk menyeret negeri ini dengan sikap membudaya yang buruk.

Salam

p.s. Abis baca, jangan ngaret yah ngasih komennya… hehehe

1 comment:

  1. finally launch... yay... congrats yaaahhh :)
    wah setuju sekali dengan kalimat terakhir.."Dari sekarang kita usaha bersama agar ungkapan “namanya juga Indonesia, kalo ga ngaret mah bukan Indonesia namanya..” tidak lagi dipakai untuk menyeret negeri ini dengan sikap membudaya yang buruk"

    jujur, saya juga orang yang cukup ngaret,apalagi kalo pagi, hadeeehhh, agak susah bangun euy.. tapi, ni tulisan nampol euy.. ayo ayo jangan ngaret lagi (especially for me!!)

    ReplyDelete